Potret Kekejaman Isis
Kekejaman Bala Tentara ISIS
Sejak kekalahan bertubi-tubi yang dialami organisasi teror yang mendompleng nama Islam ini di bumi Irak dan Suriah, saat ini semakin banyak anggota ISIS yang melarikan diri dari kesatuan dan kelompoknya untuk menyelamatkan diri. Pembangkangan para kombatan ISIS tersebut dianggap oleh para petinggi ISIS sebagai sebuah bencana besar, dan jika tak cepat dicegah akan melemahkan kelompok itu dari dalam.
Untuk menimbulkan rasa takut dan efek jera, setiap anggota ISIS yang membangkang dan berkhianat, akan dieksekusi secara sadis dan brutal di depan para anggota ISIS yang lainnya.
Kelompok militan ISIS mengeksekusi tujuh anggotanya dengan direbus hidup-hidup. Hukuman itu diberikan setelah ketujuh orang tersebut melarikan diri dari medan perang di Irak. Hukuman dijatuhkan melalui pengadilan ala ISIS pada Senin 4 Juli 2016.
Ketujuh orang itu diketahui melarikan diri dari Sarqat, Provinsi Salahuddin, Irak. Eksekusi langsung dilakukan usai putusan dijatuhkan. Sebelum dilempar ke dalam kuali besar berisi air mendidih, ketujuh orang tersebut diikat tangan dan kakinya dengan erat sehingga tidak mungkin melarikan diri.
Pada Juni 2016, ISIS mengeksekusi mati 19 anggotanya yang ketahuan melarikan diri dari pertempuran di Fallujah. Namun, menurut sumber lokal di wilayah tersebut, 19 orang itu tidak dieksekusi dengan air mendidih, melainkan ditembak di kepala oleh satu regu tembak.
Namun, metode air mendidih tersebut bukanlah yang pertama kali juga digunakan ISIS. Menurut pengakuan salah satu perempuan sandera Yazidi, ia beberapa kali dibasuh dengan air mendidih pada bagian pahanya selama sembilan bulan berada di penjara ISIS pada 2014.
Mutilasi Para Korbannya
Seorang korban ISIS lainnya yang berhasil selamat dari organisasi teror tersebut di Damaskus, Suriah menceritakan mimpi buruk yang dialaminya ketika bergabung dengan ISIS. Ia menghabiskan waktu setahun di Suriah untuk melindungi salah satu pemimpin ISIS paling dicari. Namun sesuatu mengubah jalan pikirannya dan memilih melarikan diri dari kelompok radikal tersebut.
"Kami melihat video wanita, anak-anak dan orang tua menangis, 'di mana kalian Muslim? Kenapa kalian bersembunyi? Ketika darah Muslim sedang berjatuhan apakah Anda hanya akan diam?'. Kami ke sana bukan karena fakta tapi emosi," katanya menceritakan.
Dengan modal itu, ia lantas melakukan perjalanan panjang ke Suriah dan berharap bisa bergabung dengan kelompok ISIS. Zurab kemudian beli tiket ke Istanbul. Di sana, ia bertemu dengan seorang pria Dagesta yang membawanya ke perbatasan Suriah.
ISIS mencaplok Atme dari Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) pada akhir 2013. Dari sana ia pun dibawa ke kamp pelatihan ISIS. Dua bulan mengikuti pelatihan, Zurab ditempatkan di barisan depan. Hingga pada satu saat Zurab sadar mimpi buruk yang dialaminya saat ini. ISIS, kata dia, lebih buruk dari pasukan tirani pemerintah.
"Mereka sangat brutal. Membunuh wanita, orang tua yang tak mau menaati mereka. Mereka melecehkan dan memutilasi jasad korbannnya. Mereka memotong jasad itu, mengikatnya di belakang kendaraan dan menyeret bersamanya," kata Zurab.
Zurab paham, ia harus melarikan diri dari kelompok horor tersebut. Ia pun akhirnya berupaya meraih simpati dari pemimpin ISIS. Zurab pun berhasil dan menjadi pengawal salah satu pemimpin pemberontak Abu Omar al-Shishani.
Butuh berbulan-bulan bagi Zurab untuk meyakinkan Shishani. Sampai pada waktunya, Zurab meminta izin ke Shishani untuk menengok ibunya. Pemimpin pemberontak itu akhirnya mengizinkan, dan bahkan memberinya uang.
"Ia meminta saya untuk balik lagi," ujarnya. Ketika Zurab tiba di Ingushetia, ia memilih memilih menyerahkan diri ke otoritas setempat serta mengaku bersalah. Ia mengaku tak pernah membunuh warga sipil.
(THANKS YOU)
0 Response to "Potret Kekejaman Isis"
Post a Comment